Kisah Penghuni Langit dan Ibunya

Kisah Penghuni Langit dan Ibunya

Suatu hari, sepulangnya Rasulullah saw berperang, beliau menanyakan kepada Aisyah r.a. perihal seorang tamu yang datang mencarinya. Aisyah terkaget, karena Rasul telah mengetahuinya sedangkan dia merasa belum pernah menceritakan hal tersebut. Kemudian Aisyah r.a. membenarkan bahwa telah datang seorang pemuda asal Yaman yang mencari baginda Rasul. Namun, sebelum sempat bertemu Rasulullah, pemuda ini pamit untuk kembali karena Ibunya sedang sakit.



Kemudian Rasulullah menjelaskan dihadapan para sahabatnya, kalau pemuda itu bukanlah penghuni bumi. Dia adalah Uwais Al Qarni, penghuni langit. “Kalau kalian ingin berjumpa dengannya, perhatikanlah ia memiliki tanda putih di tengkuknya,” Ujar Rasul. Uwais, yang disebut oleh Rasulullah saw sebagai penghuni langit adalah pemuda yang sangat berbakti kepada ibunya. Tubuhnya belang-belang karena penyakit sopak yang dideritanya. Walaupun begitu ia adalah pemuda yang saleh dan sangat berbakti kepada ibunya, seorang wanita tua yang lumpuh. Uwais senantiasa merawat dan memenuhi semua permintaan ibunya.

Termasuk saat ibunya meminta naik haji.. “Anakku, mungkin Ibu tak lama lagi akan bersamamu. Ikhtiarkan agar ibu dapat mengerjakan haji,” pinta sang ibu. Uwais Al Qarni hanyalah pemuda yatim yang miskin, jadi saat ibunya meminta naik haji, pikirannya menjadi kalut. Karena untuk naik haji membutuhkan perbekalan dan kendaraan, sedangkan unta saja mereka tidak punya.

Namun Uwais tidak ingin mengecewakan ibunya. Maka ia pun mencari cara untuk mengabulkan permintaan ibunya. Lalu muncullah ide yang aneh. Uwais membuatkan sebuah kandang di puncak bukit untuk seekor anak lembu miliknya. Untuk memberi makan dan mengembalikan lembu ke kandang, dan harus menggendong lembu itu naik-turun bukit. Hal itu dilakukannya setiap hari selama delapan bulan. Saat musim haji tiba, lembu Uwais telah berbobot 100 kg. Tubuh Uwais sendiri menjadi lebih berotot dan lebih kuat akibat latihannya menggendong lembu naik-turun bukit setiap harinya selama delapan bulan. Kemduian diketahui ternyata maksud Uwais menggendong lembunya selama ini adalah sebagai latihan untuk menjalankan ibadah haji bersama ibunya.

Uwais berangkat haji dengan menggendong ibunya yang tua renta itu sambil berjalan kaki selama perjalanan dari Yaman menuju Mekkah, melewati padang pasir yang tandus dan panas. Alangkah besar cinta Uwais pada ibunya. Ia rela menempuh perjalanan jauh dan sulit, demi memenuhi keinginan ibunya. Uwais berjalan tegap menggendong ibunya tawaf di Ka’bah. Ibunya terharu dan bercucuran air mata telah melihat Baitullah.

Di hadapan Ka’bah, ibu dan anak itu berdoa. “Ya Allah, ampuni semua dosa ibu,” kata Uwais. “Bagaimana dengan dosamu?” tanya ibunya heran. Uwais menjawab, “Dengan terampunnya dosa Ibu, maka Ibu akan masuk surga. Cukuplah ridho dari Ibu yang akan membawa aku ke surga.” Subhanallah, itulah keinganan Uwais yang tulus dan penuh cinta. Allah SWT pun memberikan karuniaNya, sehingga Uwais disembuhkan dari penyakit sopaknya. Hanya tertinggal bulatan putih ditengkuknya. Tanda itulah yang diberitahukan Rasulullah kepada Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Thalib agar dapat mengenalinya.

Begitulah Uwais Al Qarni, sosok yang sangat berbakti kepada orang tua, dan itu sesuai dengan sabda Rasulullah ketika beliau ditanya tentang peranan kedua orang tua. Beliau menjawab, “Mereka adalah (yang menyebabkan) surgamu atau nerakamu.” (HR Ibnu Majah). [Rangkuman berbagai sumber]

Posting Komentar untuk "Kisah Penghuni Langit dan Ibunya"