Tetap Tegar Ditengah Himpitan Musibah


Feb 20, 2011

Negeri ini tidak pernah lepas dari musibah yang menderanya. Belum lepas dari ingatan bangsa ini gempa bumi dan tsunami di Nanggroe Aceh Darussalam 2004 silam, kemudian Gempa Yogya 2006, gempa Sumatera Barat, dan tahun ini banjir bandang Wasior Papua, disusul tsunami Mentawai Sumatera Barat, Gunung Merapi Jawa Tengah dan Jogja serta kini Gunung Bromo Jawa Timur.

Sebagai bangsa, kita harus tetap tegar. Menunjukkan karakter dan jatidiri bangsa meski di tengah himpitan musibah. Untuk mengungkap peran guru di tengah himpitan musibah itu. PKS menggelar Diskusi Publik Pendidikan bertemakan “Meningkatkan Peran Guru dalam Pembangunan Karakter Bangsa di tengah himpitan musibah” pada Sabtu, (27/11)di MD Building Tb Simatupang gedung DPP PKS.

Hadir dalam kegiatan itu tokoh pendidikan nasional Prof. Dr. Arief Rahman, Dr. Unifah Rosyidi, M.Pd Ketua Harian PGRI, dan Presiden PKS, Ust Lutfhi Hasan Ishak, MA. Seratus guru hadir dalam kegiatan tersebut termasuk dari kalangan organisasi profesi seperti Federasi Guru Independen Indonesia, Jaringan Sekolah Islam Terpadu Indonesia (JSIT), PGRI, Sekolah Rakyat, MAPADI, Persatuan Umat Islam (PUI), dan Persatuan Guru Sejahtera Indonesia.

Ketua Panitia Diskusi, Raihan Iskandar mengatakan Diskusi ini lebih ditujukan untuk menemukan model pendidikan yang tepat dalam membentuk karakter bangsa ditengah himpitan musibah agar karakter bangsa tetap tegak, tidak goyah kemudian lemah. “Pendidikan harus mampu membentuk karakter peserta didik yang tangguh, disinilah letak strategis peran guru,” kata pria yang juga menjadi ketua kelompok fraksi (Poksi) X DPR RI FPKS yang membidangi antara lain pendidikan.

Sementara itu Dr. Unifah menegaskan, sejak awal bangsa kita membicarakan pendidikan karakter, bukan saja sekarang. Pendidikan karakter penting di lapisan masyarakat, terutama di sekolah sesuai amanah pasal 3 UU Sisdiknas. Dalam mencapai tujuan tersebut, guru tidak bisa sendiri untuk sampai ke tujuan pendidikan nasional tersebut. Simpul pendidikan karakter adalah tahu kebenaran, cinta kebenaran, merasakan kebenaran, dan melaksanakan kebenaran. Mudah diucapkan, namun tidak mudah dilaksanakan, tutur Unifah.

Unifah mengutip hasil riset di Amerika Serikat yang dilakukan Thomas Lickona bahwa terdapat 10 tanda-tanda kehancuran suatu bangsa yakni : meningkatnya kekerasan di kalangan remaja, penggunaan bahasa dan kata-kata yang memburuk, pengaruh peer group yang kuat dalam tindak kekerasan, meningkatnya perilaku merusak diri seperti penggunaan narkoba, alkohol, dan seks bebas, semakin kaburnya pedoman moral baik dan buruk, menurunnya etos kerja, semakin rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru, rendahnya rasa tanggung jawab individu dan warga negara, membudayanya ketidakjujuran, dan adanya rasa saling curiga dan kebencian di antara sesama.”

Pakar pendidikan Prof Dr Arief Rahman menandaskan bahwa sukses pendidikan adalah dicirikan dengan kata bertaqwa. Dengan taqwalah kita semua mengetahui hakikat pendidikan itu dan mampu merealisikan nilai-nilai pendidikan di dalam diri, keluarga, dan masyarakat. Dia menyebutkan, dalam Al Baqoroh 177 disebutkan ada 5 syarat sukses pendidikan yakni : bertaqwa, ikhlash mengerjakan sesuatu, disiplin beribadah, bersabar, dan selalu bersyukur serta rasa kebangsaan.

Peran guru dalam pembentukan karakter bangsa adalah pertama persoalan idealisme guru dalam mendidik anak-anak bangsa. Guru harus mampu mempertahankan idealism perjuangannya. Arief menyontohkan dirinya yang 17 kali di penjara karena mempertahankan sikap dan idealismenya sebagai pendidik seperti memperjuangkan antikorupsi. Arief pun pernah dipanggil Mendiknas karena memprotes pelaksanaan ujian nasional (UN) dan dianggap selalu melawan pemerintah terkait UN.

“Saya bilang UN tidak adil. Masa dengan 5,5 kelulusan diberlakukan secara nasional, harusnya ada standar normal sesuai dengan kemampuan di daerah masing-masing. Dampaknya, adalah jadilah sekolah berlomba-lomba menjadi sekolah berbimbel.” Peran kedua adalah guru meningkatkan kualitas proses pembelajaran sebagaimana PP NO 19 thn 2005. Jangan sampai guru berwajah seram, tidak bersahabat dengan siswa, tidak sabar. Guru semestinya bisa memotivasi, menyenangkan, dan menginspirasi siswanya.

Peran berikutnya adalah keteladanan. Salah satu penyebab krisis karakter sehingga berakibat korupsi, lemahnya penegakkan hukum, tawuran, dan penyelewengan lainnya adalah krisis keteladanan. Jadi signifikansi juga bila guru harus menjadi teladan. Lebih lanjut Arief mengatakan, ada lima pilar karakter di sekolah yang perlu ditanamkan yakni jujur/amanah, disiplin, kemampuan akademik, kepemimpinan, dan entrepreneurship.

Sementara itu Presiden PKS Lutfhi Hassan Ishaaq, MA, mengatakan, bagi PKS, pendidikan karakter adalah bagian dari platform pembangunan Indonesia menuju masyarakat madani sebagaimana tertera dalam buku Paltform Pembangunan Indonesia. Visi PKS adalah bagaimana caranya menjadikan guru-guru itu seorang yang integrated.

Jadi, mencetak guru yang mampu selalu menjadikan seluruh ilmu yang diajarkan kepada peserta didik, selalu dibingkai dan dikaitkan dengan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Jalan untuk itu adalah dengan mengenal Allah SWT, memahami kebesaran Allah baik di alam semesta maupun dalam Al Quran, serta berusaha berada dalam tatanan kehidupan yang sesuai dengan kehendak Sang mahapencipta kita. Misalnya, Bagi PKS, kekayaan dan kejujuran adalah dua hal yang baik dan boleh. Yang tidak boleh adalah menyalahgunakan kekayaan untuk kepentingan pribadi yang melanggar konstitusi. Guru, bagi PKS adalah profesi mulia.Oleh karena itu, PKS selalu memikirkan bagaimana caranya meningkatkan penghargaan dan martabat guru termasuk kesejahteraannya.

Selain diskusi publik yang diadakan PKS di gedungnya sendiri, juga diadakan pengumuman hasil lomba menulis surat untukmu guru tingkat Jabodetabek untuk jenjang SMP. Dari 34 naskah surat yang terkirim melalui email, juara 1 diraih Faiq Fahmi Bahwal (SMPIT NF Depok), Farah Anindya Maharani (SMPIT Darul Abidin Depok) sebagai juara 2, dan M Fijar Lazuardi juara 3 dari SMPIT Insan Mubarak Jakarta Barat. Mereka mendapatkan hadiah dengan total Rp 3,2 juta, piala, dan piagam penghargaan. Ini adalah bukti bahwa suara hati siswa kita mengerti tentang posisi guru, sangat menghargai guru, dan berharap pemerintah mengangkat martabat guru baik guru swasta maupun negeri. “ Saya terharu mendengarnya”, kata Unifah.

Presiden PKS “menarik, isi surat mereka, salah satunya adalah“ ketika siswa berprestasi dan berhasil, guru tidak pernah disebut. Tetapi ketika siswa melakukan kesalahan, guru menjadi pihak yang tertuduh. ”Ini tidak fair” katanya.

Posting Komentar untuk "Tetap Tegar Ditengah Himpitan Musibah"