Mahar Pernikahan Terindah



عَنْ أَنَسٍ قَالَ خَطَبَ أَبُو طَلْحَةَ أُمَّ سُلَيْمٍ فَقَالَتْ وَاللَّهِ مَا مِثْلُكَ يَا أَبَا طَلْحَةَ يُرَدُّ وَلَكِنَّكَ رَجُلٌ كَافِرٌ وَأَنَا امْرَأَةٌ مُسْلِمَةٌ وَلاَ يَحِلُّ لِى أَنْ أَتَزَوَّجَكَ فَإِنْ تُسْلِمْ فَذَاكَ مَهْرِى وَمَا أَسْأَلُكَ غَيْرَهُ.
Suatu hari, Abu Thalhah meminang Ummu Sulaim radliyallahu ‘anha untuk menjadikannya sebagai pendamping hidup. Oleh Ummu Sulaim, seorang janda beranak satu, tawaran itu dijawab dengan, “Demi Allah, hai Abu Thalhah, tidak seyogyanya orang seperti anda ini ditolak. Tetapi masalahnya, anda ini laki-laki kafir, sementara aku ini perempuan muslimah. Jadi, aku tidak boleh menikah dengan anda. Kalau anda masuk Islam, maka itu aku anggap sebagai maskawin buatku. Aku tidak minta yang lain lagi.” Diriwayatkan oleh Imam Nasa’i dari Anas bin Malik ra.


Episode berikutnya adalah bahwa Anas bin Malik ra. menikahkan ibundanya, Ummu Sulaim dengan Abu Thalhah yang terlebih dahulu mengucapkan dua kalimat syahadat sebagai maskawinnya.
Ada kegeniusan akal yang dimiliki oleh Ummu Sulaim sebagai perempuan padang pasir ini. Yaitu ketika ia melihat celah  lalu memasukinya lalu membuat revolusi besar dalam hidup seseorang. Ia berhasil mengubah lorong gelap dalam kehidupan seseorang menjadi terang benderang, yakni suaminya sendiri. Ia sukses mengubah tantangan menjadi peluang ibadah dan amal shalih. Ia menyadari bahwa kepemimpinan dalam keluarga ada di tangan suami. Tetapi dinamika dakwah dan pembinaan dalam keluarga adalah menjadi kewajiban yang sama, antara suami dan istri.
Keluarga adalah lembaga pendidikan (madrasah) sehingga suami dan istri harus memposisikan diri mereka masing-masing sebagai ustadz dan ustadzah dengan segala perannya. Keluarga juga merupakan lembaga dakwah (markaz da’wah), sehingga suami dan istri adalah da’i dan da’iyah dengan segala tugasnya. Sehingga dalam konteks ini, sangat diperlukan adanya kesamaan ideologi dan pemahaman keIslaman antara suami dan istri. Dan inilah yang disasar oleh Ummu Sulaim ketika menawarkan ‘masuk Islam’ kepada orang yang ingin membina keluarga dengan dirinya. Cita-cita mulia dalam sebuah keluarga tidak akan tergapai manakala ada perbedaan prinsipil antara suami dan istri.
Dalam sejarahnya, sosok Abu Thalhah adalah laki-laki ideal di masa itu. Ia seorang laki-laki yang kaya raya, tampan dan terhormat di masyarakatnya. Artinya, perempuan manapun akan selalu memimpikan untuk menjadi pendamping hidupnya saat itu. Namun tidak demikian bagi Ummu Sulaim. Ia melihat ada ‘kekurangan’ diantara banyak kelebihan pada diri Abu Thalhah. Dan kekurangan itu sangat fundamental, yaitu: masih kafir. Yang seandainya jika ia membangun keluarga dengan orang yang berbeda secara agama, maka sesungguhnya ia sedang merajut sarang laba-laba. Rapuh, mudah terkoyak, tidak dapat memberi keteduhan, tidak dapat dipakai tempat bernaung dan sebagainya.
Saat ini, banyak calon pembangun keluarga disibukkan dengan mencari sesuatu yang akan dijadikan maskawin (mahar). Ada yang memilih maskawin tertentu karena mahalnya, ada yang karena uniknya, ada yang karena belum dijumpai sebelumnya dan seterusnya. Padahal semua itu tidak bisa dijadikan sebagai investasi abadi dalam perjalanan keluarga. Apalagi sebagai jaminan kelanggengan cinta diantara mereka.
Memang dalam sejarah Islam sangat banyak dijumpai pernikahan orang-orang shalih yang maskawinnya mahal nilainya. Namun pada saat yang sama kita banyak mendapatkan yang sebaliknya. Ada shahabat yang dinikahkan oleh Rasulullah saw. dengan maskawin sepasang sandal, ada yang mengajari istrinya surat-surat tertentu dalam Al-Qur’an dan lain-lain. Namun dari sekian banyak contoh tersebut, maskawin terbaik sepanjang sejarah adalah maskawin yang diminta Ummu Sulaim ra.
Maskawin itulah yang membuat Ummu Sulaim berbahagia sampai akhir hayatnya. Maskawin itulah yang menjadikannya sebagai perempuan yang langkah kakinya didengar oleh Rasulullah saw. di surga. Maskawin itulah yang menjadikan Abu Thalhah mengisi hidupnya dengan jihad di jalan Allah. Maskawin itu pula yang membuatnya syahid di jalan-Nya. Maskawin itulah yang membuat keluarga mereka bergelimang berkah.
Mereka dikaruniai oleh Allah swt. delapan anak yang semuanya hafal Al-Qur’an. Itulah maskawin terbaik.
Wallahu a’lam bishshawab.
Farid Dhofir

sumber : www.jilbabfara.com

1 komentar untuk "Mahar Pernikahan Terindah"