PEREMPUAN MUSLIMAH – Antara Kehormatan dan Amanah

Peradaban Jahiliyah

Potret perempuan dalam peradaban non Islam merupakan wajah kelam nan lusuh. Jangankan untuk mendapatkan haknya yang layak sebagai perempuan, untuk mendapatkan eksistensi dirinya sebagai manusia saja terasa jauh panggang dari api. Bahkan perempuan sering disejajarkan dengan binatang pemakan kotoran atau syetan penebar penyakit atau sampah berbau yang menjijikkan.

Literatur sejarah mencatat beberapa contoh terhadap klaim diatas, diantaranya:

- peradaban Mesir Kuno membolehkan perempuan dijadikan ‘istri/selir’ oleh ayah, saudara dan kerabatnya.

- peradaban Babilonia membolehkan istri yang ditinggal suaminya bepergian dan nafkahnya telah habis untuk ‘hidup bersama’ dengan laki-laki lain sampai suaminya pulang.

- peradaban India tidak memberikan hak ‘memilih suami’ bagi perempuan sebab para bapak menikahkannya ketika masih kecil.

- peradaban Jepang dan Cina mengharuskan istri melayani suami saat makan, tetapi melarangnya makan bersama suaminya.

- peradaban Yunani menganggap pernikahan adalah jual beli; nilai perempuan dikurs-kan dengan jumlah sapi, semakin cantik seorang perempuan, maka semakin banyak nilai tukarnya dengan sapi.

- peradaban Romawi melarang perempuan hadir di pengadilan meskipun untuk membela diri atau memberikan kesaksian.

- peradaban Yahudi memandang perempuan sebagai ‘komoditas’ laki-laki yang dapat diperlakukan sesukanya.

- peradaban Arab sebelum Islam memandang perempuan sebagai makhluk lemah yang memalukan sehingga boleh dikubur hidup-hidup.

- peradaban modern/posmodern menempatkan perempuan sebagai alat iklan dan reklame merek dagang. Perempuan membuka auratnya untuk memenuhi tuntutan pasar yang kapitalis, menjajakan harga dirinya di jalan-jalan, mengobral kepalsuannya di layar tontonan dan sebagainya.

(lihat: Al-Mar’atul Muslimah wa Fiqhud Da’wati ilallah, DR. Ali Abdul halim Mahmud, Darul Wafa’, Mesir, cet. 3, tahun 1992).

Penghormatan Islam.

Islam datang membawa petunjuk untuk menyelamatkan manusia dari penghambaan kepada sesama manusia menuju penghambaan kepada Tuhan seluruh manusia. Islam datang untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya. Islam datang untuk membebaskan manusia dari sempitnya dunia menuju lapangnya dunia. Islam datang untuk membimbing manusia menemukan fitrah, martabat dan jati dirinya sebagai makhluk yang dimuliakan. Allah swt berfirman:

وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آَدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَى كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلًا (الإسراء: 70)

Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan,Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan. (Al-Isra: 70).

Islam menghormati perempuan sejak dalam kandungan sampai setelah meninggal dunia. Dan Islam menyuruh ummatnya untuk memperlakukan perempuan dengan baik dan terhormat.

Allah swt membenci perilaku orang jahiliyah yang bersedih ketika mengetahui bahwa istrinya melahirkan bayi perempuan (lihat: surat An-Nahl: 58-59) sebagaimana Allah juga melaknat mereka yang mengubur anak perempuannya hidup-hidup (lihat: surat At-Takwir: 8-9).

Sebagai sesama makhluk, Allah swt telah menyatakan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki posisi yang sama. (lihat: surat Asy-Syura: 49-50). Bahkan sangat banyak hadits Rasulullah saw yang menjelaskan mulianya perempuan, baik ketika menjadi anak, istri atau ibu. Salah satu sabda beliau yang sangat fundamental tentang kemuliaan perempuan ialah:

”Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah perempuan (istri) yang shalihah.” (hr. Muslim dari Abdullah bin Amr ra).

Amanah

Islam adalah agama keseimbangan, keteraturan dan keadilan. Jika manusia hidup dalam buaian pujian dan ayunan penghormatan semata, maka ia menjadi makhluk yang lalai dan akan terjerumus dalam lembah kesombongan. Demikianlah Islam menempatkan perempuan. Kedudukan mulia yang diberikan Islam kepadanya diimbangi dengan amanah berat yang diletakkan di pundaknya. Dan dengan menunaikan amanah tersebut, kemuliaan perempuan menjadi semakin sempurna. Kemuliaan di dunia dan akhirat.

Sebagai anak, perempuan memiliki kewajiban birrul walidain dalam berbagai aspeknya kepada orang tua. Sebagai istri, ia harus berpenampilan cantik, bersikap taat, menjaga diri dan berkepribadian amanah terhadap suami. Sebagai ibu, ia harus menjadi guru dan teladan dalam segala tindak tanduk dan tutur katanya. Sebagai hamba Allah, ia harus menjadi ahli ibadah; mendirikan shalat dengan khusyu’, bersedekah yang wajib dan yang sunah, menjalankan puasa dengan keikhlasan, pergi haji serta ibadah lainnya. Allah swt berfirman:

الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ وَبِمَا أَنْفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللَّهُ وَاللَّاتِي تَخَافُونَ نُشُوزَهُنَّ فَعِظُوهُنَّ وَاهْجُرُوهُنَّ فِي الْمَضَاجِعِ وَاضْرِبُوهُنَّ فَإِنْ أَطَعْنَكُمْ فَلَا تَبْغُوا عَلَيْهِنَّ سَبِيلًا إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلِيًّا كَبِيرًا [النساء/34]

Laki-laki adalah pemimpin bagi perempuan sebab Allah telah melebihkan sebagian mereka atas sebahagian yang lain, dan karena mereka telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka perempuan yang shalihah ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, sebab Allah telah memelihara (mereka). Perempuan-perempuan yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. (An-Nisa: 34)

Wallahu a’lam bishshawab.

sumber : www.jilbabfara.com

Posting Komentar untuk "PEREMPUAN MUSLIMAH – Antara Kehormatan dan Amanah"