Bila Hidup Diatur Oleh Allah ?

Bila Hidup Diatur Oleh Allah ?

"Dan kepunyaan ALLAH-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap, di situlah wajah ALLAH Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui." "
(QS. 2:115)
Tidak banyak di antara kita yang sanggup bersungguh-sungguh menyadari bahwa Allah Azza wa Jalla adalah satu-satunya Dzat yang Maha Mengurus makhluk-makhluknya. Jantung yang berdetak teratur. Darah yang dipompakan dan dialirkan ke seluruh tubuh. Kedip mata, yang kadang kita sendiri tak menyadarinya. Bisakah kita mengaturnya walau barang sedetik?




Lalu, kaki pun dilangkahkan di pagi buta menuju suatu tempat. Kadang-kadang terburu-buru dan berharap tiba lebih cepat di tujuan. Tiba dijalan kebetulan sebuah kendaraan mobil melintas di hadapan. Tanpa di stop, mobil itu ternyata berhenti sendiri. Kebetulan ternyata pengemudinya seorang teman akrab. Kebetulan pula tempat yang ditujunya sama. Namun, betulkah semua itu sekadar faktor "kebetulan" belaka?
Terjadinya sering merasakan serba "kebetulan", ini pun satu bukti mengenai keterbatasan kita dalam memahami hakikat suatu kejadian. Padahal, Allah-lah yang mengurus makhluk-makhluk-Nya dan Dia pula yang menetapkan segala kejadian sekecil apapun. Tiada sehelai rambut yang terlepas dari kulit kepala atau selembar daun yang gugur ketanah, kecuali terjadinya dengan ijin Allah. Adakah dengan begitu suatu kejadian terjadi secara kebetulan? Masya Allah, Dia-lah Dzat yang Maha Berkehendak atas segala sesuatu. Sekai-kali tak ada satu kekuatan pun yang mampu mengatur suatu kejadian, selain karena ijin-Nya!
Subhanallah, mudah-mudahan Allah yang Maha Perkasa membukakan bagi kita pintu hikmah-Nya agar kita mampu memetik "ilmu" dibalik segala kejadian. Suatu "ilmu" yang dapat menjadi jalan bagi kita agar semakin mengenal-Nya. Akan dituturkan dua kejadian yang sepintas tampak sepele, tetapi demi Allah, di sinilah terbuktikan kemahabesaran Dia yang dengan amat mengesankan telah mengatur suatu kejadian, yang justru sepintas tampak seperti serba "kebetulan".
Kejadian pertama, ketika sebuah keluarga tengah melakukan perjalanan pulang ke suatu kota dengan kendaraan pribadi. Salah seorangnya adalah ibu yang tampak sudah renta dan uzur, sehingga perlu perlakuan khusus.
Di tengah perjalanan, masuk waktu shalat. Dicarilah masjid yang berandanya teduh agar ibu tersebut bisa istirahat sementara dengan nyaman. Setelah melewati beberapa masjid, maka ditemukanlah sebuah masjid dengan beranda yang teduh.
Ketika mobil hendak diparkirkan, ternyata sulit mendapat tempat parkir yang cukup. Mobil pun terus dilajukan pelan-pelan, sampai akhirnya mentok di sebuah pelataran. Ternyata pelataran tersebut letaknya dekat sekali dengan tempat wudhu. Akan tetapi, ibu yang sudah uzur itu kan juga mungkin perlu ke kamar kecil dan berwudhu? Masya Allah, bukankah tempat wudhu tersebut ternyata khusus untuk wanita? Muncul pula persoalan lain, yakni perlu kursi untuk duduk karena memang si ibu sudah tak kuat berdiri. Namun, subhanallah, ternyata kursi yang dibutuhkan itu memang sudah ada pula dekat tempat wudhu tersebut.
Semua seperti terjadi secara kebetulan. Segalanya seperti sudah ada orang yang mengatur dan menyiapkannya. Padahal, Allah-lah yang memang Maha Mampu menyiapkan segala-galanya. Sekiranya kita pela menangkap momen-momen kejadian ini dengan hati yang penuh cahaya iman, niscaya akan semakin mampu mengagumi Kemahaperkasaan-Nya dan menangkap hikmah (pelajaran) di balik segala kejadian.
Kejadian kedua menimpa seorang mubaligh yang juga tengah melakukan perjalanan malam hari menuju Jakarta dengan diantar beberapa orang di dalam kendaraannya. Mobil meluncur masuk jalan tol jagorawi. Namun, di tengah perjalanan, mesin mobil tiba-tiba mati karena kehabisan bensin. Kehabisan bensin di tengah jalan tol di malam hari yang gelap gulita. Jauh ke sana ke mari, adakah yang bisa diperbuat, selain bertumpuk kekesalan, kedongkolan dan kekecewaan?
Mengapa persiapannya tidak disempurnakan? Mengapa sebelum berangkat tadi tidak membeli bensin yang cukup? Mengapa sampai berbuat lalai, padahal Allah telah mengajari manusia supaya peka dan senantiasa berhati-hati? Dan sejumlah pertanyaan "Mengapa" yang lain pun meluncur dari mulut?
Tetapi, sudahlah. Toh kejadiannya sudah terjadi. Maka, persenelling pun di-prei-kan dan kopling pun diinjak. "Biarlah Allah yang menghentikan kendaraan ini ditempat yang Dia sukai. Kita taubat dan berdzikir saja. Kita tak perlu lagi terus-menerus mengeluh," ujarnya. Akhirnya mobil itupun melaju perlahan dan semakin perlahan, sehingga berhenti sendiri di pinggir jalan.
Tak lama setelah kejadian itu, tiba-tiba dirasakan ingin buang air kecil. Mubaligh itupun turunlah dari mobil dan berjalan mencari tempat yang agak terlindung. Akan tetapi, ternyata dari arah jalan cahaya lampu-lampu kendaraan yang berseliweran cepat di jalan tol masih menyorot kearahnya, sehingga ia pun terus berjalan sampai mendekati pagar kawat pembatas.
Sepintas ia melihat ternyata di bagian tertentu dari pagar yang dihampirinya ada bolong besar seperti sengaja dibuat orang untuk dapat dilalui. Dan ketika ia lebih cermat lagi mengamatinya, ternyata di dekatnya ada plang dengan tulisan sederhana berbunyi: "Di sini jual bensin dua tax". Allahu Akbar!
Memang Allah Maha Pengatur kejadian yang Maha Sempurna. Betapa lezatnya jika kita mampu menangkap isyarat-Nya bahwa segala kejadian yang tampaknya serba kebetulan itu sebenarnya sudah diatur oleh Allah. Kita saja yang kerapkali tidak peka membaca aneka lintasan kejadian yang memang telah begitu pas dan rapi diatur oleh Allah SWT. Akibatnya, kalbu (hati) ini hampir tidak pernah bisa merasakan nikmat dan lezatnya merasakan hikmah (pelajaran) di balik segala fenomena yang terjadi.
Tampaknya dalam mengarungi kehidupan ini kita harus sungguh-sungguh minta di atur oleh Allah. Boleh saja kita sibuk merencanakan sesuatu dengan baik. Otak seratus persen kita gunakan untuk mengatur taktik dan strategi sesuai dengan syari'at yang kita ketahui. Tubuh pun sibuk berikhtiar, berkuah peluh simbah keringat, semampu yang bisa kita lakukan. Akan tetapi, keyakinan hati tetap pada satu hal, yakni biarlah Allah mengatur segala urusan kita. Karena, Dialah yang Maha Tahu hal yang terbaik dan yang terburuk menurut perhitungan-Nya.
Inginkah kita termasuk orang yang memiliki kalbu (hati) yang peka, lezat menikmati episode demi episode kejadian dalam hidup ini, dan yakin seyakin-yakinnya bahwa segala sesuatu yang terjadi itu sudah diatur oleh Allah? Kuncinya ternyata sederhana saja. Yakni, akuilah bahwa diri kita ini tak lebih dan tak kurang hanya seorang hamba, yang sama sekali tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan Dia, Dzat Pemilik Jagat raya alam semesta ini. Ah, siapalah kita ini. Hanya sesosok makhluk yang tiada memiliki daya dan upaya, tanpa ijin dan kehendak-Nya.
Tak heran kalau Imam Ibnu Atho'illah dalam kitabnya, Al Hikam, berujar, "Buktikanlah dengan sungguh-sungguh sifat-sifat kekuranganmu, niscaya Allah akan membantumu dengan Kemahasempurnaan sifat-sifat-Nya. Akuilah kehinaanmu, niscaya Allah menolongmu dengan kemulyaan-Nya. Akuilah kekurangannmu, niscaya Allah akan menolongmu dengan kekuasaan-Nya. Dan akuilah kelemahanmu, niscaya Allah menolongmu dengan kekuatan-Nya." Sungguh betapa sangat indahnya bila hidup dan segala aktifitas kita diatur oleh-Nya. Wallahualam Bis Shawab.


Posting Komentar untuk "Bila Hidup Diatur Oleh Allah ?"